Sejarah Uang di Dunia: Hewan Ternak, Bitcoin Hingga Libra
Dulu orang melakukan pembayaran dengan hewan ternak (sistem barter). Kini akankah menggunakan Libra?
PERTANYAAN 1 :
Selepas Proklamasi Kemerdekaan sampai tahun 1946, mengapa Pemerintah memberlakukan tiga mata uang yang sah untuk transaksi keuangan ? Mata uang apa sajakah ketika itu ?
PERTANYAAN 2 :
Ada 3 faktor keterpurukan ekonomi pasca kemerdekaan yaitu inflasi, kas negara bea cukai pajak nol dan adanya blokade ekonomi Belanda. Jelaskan :
a) Penyebab inflasi yang terlampau tinggi saat itu ?
b) Mengapa kas negara kosong ?
c) Apa yang dilakukan Belanda saat memblokade ekonomi Indonesia ?
PERTANYAAN 3 :
Apa bedanya mata uang Hindia Belanda dengan mata uang De Javasche Bank ?
PERTANYAAN 4 :
Ceritakan sejarah singkat terbentuknya :
a) Bank Nasional Indonesia/BNI 46
b) Bank Indonesia/BI
c) ORI (Oeang Republik Indonesia)
PERTANYAAN 5 :
Apa bedanya ORI dan ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah) ?
Apa itu ORIDAB, seperti apa gambar uangnya ?
Semua jawaban, dibuat dalam bentuk file mp4 (yang memuat teks/tulisan, gambar/video, sound/suara/ lisan dengan backsound lagu instrumental PADAMU NEGERI
Dulu orang melakukan pembayaran dengan hewan ternak (sistem barter). Kini akankah menggunakan Libra?
Nenek
moyang kita mungkin tak pernah membayangkan bila kehadiran internet
nantinya akan mengubah beragam aspek dalam hidup ini. Bila dulu mereka
belum mengenal uang dan melakukan jual beli secara barter, kini uang
yang kita kenal telah berubah bentuknya. Uang tak hanya ada dalam bentuk
fisik tetapi juga digital. Internet mengubah budaya orang dalam
berbelanja. Toko-toko fisik gulung tikar sebaliknya e-commerce semakin
berjaya. Bagaimana semua ini bermula?
Sembilan ribu tahun sebelum masehi, uang belum dikenal. Manusia di
zaman itu hanya mengenal barter alias penukaran. Mereka akan menukar
barang yang mereka miliki dengan barang yang mereka butuhkan. Alat tukar
yang umum saat itu adalah hewan ternak. Tetapi sayuran dan gandum juga
dapat digunakan sebagai alat tukar. Dengan melakukan tukar menukar,
nenek moyang kita mencukupi kebutuhan hidupnya. Kekurangan dari sistem
ini adalah tidak ada aturan baku misalnya seekor sapi dapat ditukar
dengan berapa karung beras.
Meski belum mengenal uang, delapan ribu tahun sebelum masehi konsep
mengenai bank telah dikenal. Tapi tentunya bank itu tidak mengelola uang
melainkan bibit. Para petani dapat meminjam bibit kepada bank untuk
digunakan bertani. Bila tanaman telah berhasil dipanen maka petani pun
dapat mengembalikan benih yang mereka pinjam. Hal ini ditemukan di Mesopotamia. Aktivitas serupa berkaitan dengan kredit dan berbagai kegiatan perbankan ditemukan di peradaban Asia lainnya.
Tentu
saja akan sangat repot membawa hewan ternak atau gandum ke mana-mana
untuk berbelanja. Orang butuh alat tukar yang mudah dibawa. Raja
Alyattes dari wilayah yang kini menjadi Turki menciptakan uang sebagai
alat tukar resmi di kawasan Mediterania.
Hal itu terjadi pada 600 tahun sebelum masehi. Pada 1250 Masehi, koin
emas dicetak di Italia. Uang kertas kemudian muncul di berbagai belahan
dunia karena terinspirasi dari China yang diketahui telah menggunakannya
sejak 1290 Masehi. Uang kertas dianggap lebih ringan, lebih murah, dan
lebih mudah diproduksi.
Walaupun uang koin dianggap kurang efisien, ia masih digunakan hingga
kini. Koin tak hanya memiliki nilai sejarah tetapi juga memberikan rasa
aman kepada penggunanya. Seperti pula uang kertas, uang koin dicetak
dengan berbagai simbol yang menggambarkan sebuah negara. Koin juga
dianggap lebih nyata dibanding uang kertas.
Bila perbankan maupun keuangan negara secara keseluruhan ambruk, uang
koin akan tetap bernilai. Tak seperti uang kertas yang bahan bakunya
murah, uang koin dibuat dari logam. Ia dianggap lebih bernilai.
Perkembangan uang pun turut memajukan perkembangan dunia perbankan.
Di abad pertengahan, bank memberikan pinjaman kepada nasabahnya untuk
membiayai kegiatan pertanian atau ekspedisi mereka melalui jalur sutra.
Saat itu istilah bangkrut telah dikenal di Italia. Istilah tersebut
berasal dari dua kata dalam Bahasa Italia, banca rottan. Lalu bank dalam
wujud seperti saat ini mulai tumbuh di abad ke 17.
Perdagangan yang semakin pesat di Eropa dan tak hanya berkaitan
dengan jalur sutra telah melahirkan berbagai institusi perbankan.
Apalagi didorong dengan revolusi industri dan kegiatan ekspor ke Benua
Amerika maupun Asia membuat banyak pedagang membutuhkan suntikan dana.
Muncullah Bank van Leening di Belanda, Bank of England di Inggris
(1773), Riskbank (1809), dan Bank of France di Prancis (1800). Bank-bank
ini lalu berkembang menjadi bank sentral.
Indonesia tak luput mengalami perkembangan yang sama. Bedanya, perkembangan uang maupun perbankan di Indonesia
berkaitan dengan penjajahan dilakukan oleh negara-negara Eropa. Saat
itu di Indonesia belum ada kebijakan mengenai mata uang. Ada beragam
mata uang misalnya Cassie alias Kepeng China dan Real Spanyol yang
terutama digunakan di Pulau Jawa. Ada pula dua mata uang lain yang
digunakan yaitu Rijksdaalder dan Ropij Jawa. Induk perusahaan dagang
Belanda, VOC, lalu mendirikan institusi keuangannya di Indonesia yaitu
De Bank van Leening. Pada 1752 namanya berubah menjadi De Bank Courant
en Bank van Leening.
VOC yang mengalami kemunduran dari lalu diambil alih oleh Pemerintah
Belanda. Diputuskanlah bahwa dibutuhkan lembaga keuangan alias bank yang
mengakomodasi kepentingan bisnis para pengusaha di Hindia Belanda. Lalu
dibentuklah sebuah bank berjangka waktu khusus yang lazim disebut
bersistem Oktroi. Bank itu bernama De Javasche Bank dan mendapat
wewenang untuk mencetak uang kertas. Kantornya dibangun di Jakarta,
Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, Makassar, Padang, Pasuruan, dan
Yogyakarta. Ketika itu uang rupiah masih belum dikenal.
Ketika Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia, begitu
pula dengan sistem perbankannya ikut diambil. Bank Belanda, Bank
Inggris, dan Bank China yang ada di Nusantara diambil oleh oleh
lembaga-lembaga bank dari Jepang yaitu Yokohama Specie Bank, Taiwan
Bank, dan Mitsui Bank. Singkat cerita, Indonesia merdeka dan menyatakan
cita-cita bangsa melalui UUD 45 dengan membentuk bank sentral. Uang
Republik Indonesia (ORI) seperti yang kita kenal saat ini dicetak
pertama kali pada 30 Oktober 1946.
Namun peredaran uang secara nasional saat itu masih sulit karena
sarana prasarana yang belum mendukung. Sebagai negara baru, Indonesia
masih kesulitan menjalankan kebijakan secara menyeluruh. Akhirnya
pemerintah daerah memproduksi uang sendiri yang disebut Orida. DJB, bank
bikinan pemerintah Belanda di masa penjajahan, menjadi cikal bakal dari
Bank Indonesia.
Panjangnya perjalanan panjang uang dan dunia perbankan menjadi
semakin cepat saat ini. Kemajuan di bidang keuangan meningkat pesat
sejak 1999 ketika bank-bank di Eropa mulai menawarkan mobile banking
tradisional. Salah satu bank pionir yang melayani mobile banking
melalui sms adalah Deutsche Bank bekerja sama dengan PayBox. Amerika
mengikuti langkah ini dengan Wachovia Bank sebagai pionirnya di tahun
2006.
Kini, kita tak hanya melakukan jual beli dengan uang kertas maupun
uang koin saja. Beberapa tahun terakhir perkembangan pesat di dunia
keuangan telah melahirkan cryptocurrency. Uang digital yang tidak diatur
oleh bank sentral alias berada dalam sistem desentralisasi.
Cryptocurrency digadang-gadang lebih aman karena adanya blockchain
sehingga tak bisa dibobol. Blockchain dapat diumpamakan sebagai
pembukuan di mana ketika sebuah transaksi cryptocurrency terjadi,
seluruh buku yang ada dalam sistem akan mencatatnya. Transaksi menjadi
hampir mustahil dipalsukan karena memalsukan satu data sama saja dengan
harus memalsukan seluruh data yang ada. Prospeknya pun menarik dan
harganya hampir selalu meningkat. Baik di Indonesia maupun di dunia,
salah satu jenis cryptocurrency yang paling laku adalah Bitcoin.
Namun
ketiadaan bank sentral membuat harga cryptocurrency cenderung tak
stabil karena bisa naik atau turun begitu saja. Walaupun demikian,
peminatnya tak surut. Salah satunya adalah Mark Zuckerberg. Bos Facebook
ini berencana meluncurkan Libra,
jenis baru cryptocurrency yang digadang akan membawa perubahan di dunia
keuangan. Awalnya Mark meluncurkan Facebook Credit untuk memonetisasi
aplikasi yang ada di dalam Facebook. Gunanya adalah jual beli misalnya ketika kita bermain games. Facebook Credit sayangnya tidak cukup sukses.
Sepertinya Mark belajar dari hal itu lalu menciptakan Libra tetapi
dengan ambisi yang sangat tinggi. Ia tak hanya ingin menciptakan salah
satu jenis cryptocurrency lainnya dan menyaingi yang sudah ada seperti
bitcoin atau ethereum. Ia ingin mengubah cara kita melakukan jual beli
secara daring. Contohnya begini, ketika kita berbelanja dari e-commerce
di luar negeri, pada angka tertentu kita dapat dikenai bea cukai. Begitu
pula ketika membayarnya melalui transfer bank. Ada dua bank yang secara
umum melayani transfer antarnegara di Indonesia yaitu Mandiri dan BCA.
Mereka menetapkan minimal jumlah uang yang bisa dikirim. Bila di bawah
itu, kita tak dilayani.
Saat melakukan transfer pun kita tak hanya dikenai biaya oleh bank di
dalam negeri tetapi juga bank di luar negeri. Memang kini telah ada
inovasi lain seperti Jenius dari BTPN dan Digibank dari DBS. Namun
Facebook menetapkan ambisinya lebih besar lagi. Facebook ingin memangkas
berbagai biaya keuangan antarnegara dan segala jenis transaksi itu
dapat dilakukan melalui ponsel. Keberadaan Libra nantinya dianggap akan
menjadikan cryptocurrency lebih mainstream. Bila pengguna blockchain di
seluruh dunia adalah 35 juta orang, bandingkan dengan pengguna Facebook
yang nantinya akan menggunakan Libra. Libra bahkan dapat digunakan
melalui WhatsApp dan Messenger.
Dengan adanya Libra,
kita dapat berbelanja ke luar negeri tanpa memikirkan bagaimana nilai
tukar rupiah dengan mata uang negara lain. Jika berbelanja menggunakan
akun Jenius atau Digibank kita masih memikirkan berapa harga sebuah
barang senilai 100 dolar bila dikonversi ke dalam rupiah. Hal serupa tak
terjadi saat kita menggunakan Libra. Libra adalah mata uangnya. Kita
cukup asyik berbelanja di New York atau Tokyo dan melakukan pembayaran
dengan aplikasi yang ada di ponsel. Transfer saja Libra sebagai cara
membayar. Artinya, harga sebuah barang di luar negeri akan sama saja
ketika masuk ke Indonesia karena tak perlu melakukan konversi mata uang.
Berbeda dengan cryptocurrency yang hanya murni dalam bentuk digital,
Libra tidak demikian. Nantinya Libra pun akan didukung oleh aset di
dunia nyata. Di satu sisi pengguna Libra akan merasa lebih aman karena
tidak takut bila uang digitalnya dapat lenyap begitu saja. Ini
menjadikan Libra lebih stabil dibanding cryptocurrency lainnya. Di sisi
lain, Libra akan menjadi sama saja dengan uang kertas yang kita miliki.
Libra dapat mengalami inflasi. Tetapi Libra tak diatur oleh bank sentral
melainkan oleh grup perusahaan yang independen. Demi menjadikan
impiannya nyata, Facebook telah bekerja sama dengan lebih dari 30
rekanan dari berbagai industri yang masing-masing adalah perusahaan
raksasa dunia.
Keberadaan Libra mungkin benar-benar akan merevolusi cara kita
menggunakan uang. Sayangnya, Libra dapat mengguncang perekonomian dunia.
Dikhawatirkan Libra justru dapat menggeser kedudukan mata uang
negara-negara di dunia dan mengacaukan sistem kerja bank sentral.
Berbagai negara, termasuk Indonesia, menyatakan penolakannya terhadap Libra.
Meski Libra dapat memudahkan kita dalam melakukan transaksi, Libra juga
dapat membuat kita menjadi lebih boros. Seperti pula kepemilikan kita
terhadap dompet digital. Saat kita merasakan mudahnya melakukan
transaksi apalagi dengan iming-iming potongan harga, kita justru
terdorong mengeluarkan lebih banyak uang.
Referensi : https://cultura.id/sejarah-uang-di-dunia-hewan-ternak-bitcoin-hingga-libra
Selepas Proklamasi Kemerdekaan sampai tahun 1946, mengapa Pemerintah memberlakukan tiga mata uang yang sah untuk transaksi keuangan ? Mata uang apa sajakah ketika itu ?
PERTANYAAN 2 :
Ada 3 faktor keterpurukan ekonomi pasca kemerdekaan yaitu inflasi, kas negara bea cukai pajak nol dan adanya blokade ekonomi Belanda. Jelaskan :
a) Penyebab inflasi yang terlampau tinggi saat itu ?
b) Mengapa kas negara kosong ?
c) Apa yang dilakukan Belanda saat memblokade ekonomi Indonesia ?
PERTANYAAN 3 :
Apa bedanya mata uang Hindia Belanda dengan mata uang De Javasche Bank ?
PERTANYAAN 4 :
Ceritakan sejarah singkat terbentuknya :
a) Bank Nasional Indonesia/BNI 46
b) Bank Indonesia/BI
c) ORI (Oeang Republik Indonesia)
PERTANYAAN 5 :
Apa bedanya ORI dan ORIDA (Oeang Republik Indonesia Daerah) ?
Apa itu ORIDAB, seperti apa gambar uangnya ?
Semua jawaban, dibuat dalam bentuk file mp4 (yang memuat teks/tulisan, gambar/video, sound/suara/ lisan dengan backsound lagu instrumental PADAMU NEGERI
Komentar
Posting Komentar