Sejarah Virus Yang Mematikan

Wuhan adalah kota terbesar ketujuh di Tiongkok, dengan populasi lebih dari 11 juta orang. Kota ini merupakan pusat transportasi utama di Tiongkok bagian tengah, yang terletak sekitar 700 mil (1100 km) di sebelah selatan Beijing,[31] 500 mil (800 km) di sebelah barat Shanghai, dan 600 mil (970 km) di sebelah utara Hong Kong.[32] Bandar udara Wuhan memiliki penerbangan langsung ke berbagai kota besar di Eropa: enam kali penerbangan mingguan ke Paris, tiga kali ke London, dan lima kali ke Roma.[33]

Dua puluh penerbangan terbanyak dari Wuhan sebelum terjadinya wabah.
Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan. Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung pegarkelelawarmarmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona baru ini bersumber dari hewan.[34][35][36]
Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari manusia ke manusia.[37][38]
Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang meninggal di seluruh dunia.[39] Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004.[37][40][41] Pada saat itu, pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam menangani virus tersebut.[42] Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta arab, yaitu MERS, mengakibatkan lebih dari 850 orang tewas di 27 negara.[43] Wabah virus korona dari Wuhan dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut diduga berasal dari hewan.[38] Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus korona baru akan mirip dengan wabah SARS.[40][44] Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya perkiraan bahwa sejumlah besar wisatawan akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang dimulai pada 25 Januari 2020.[45]

Epidemiologi

Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019.[100] Gejala awal mulai bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019.[101] Pasar ditutup tanggal 1 Januari 2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina.[100] Kurang lebih 700 orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah sakit, menjalani karantina.[102] Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus untuk mendeteksi infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus korona SARS-CoV-2,[103][104] dua orang di antaranya suami-istri, salah satunya belum pernah ke pasar, dan tiga orang merupakan anggota satu keluarga yang bekerja di toko ikan.[105][106] Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9 Januari [107] dan 16 Januari 2020.[108][109][110]
Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di Thailand, dua pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di Korea Selatan, satu pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat.[72][111][112] Angka-angka ini didukung oleh para ahli seperti Michael Osterholm.[113]
Pada 17 Januari, sebuah kelompok Imperial College London di Inggris menerbitkan perkiraan bahwa terdapat 1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427–4.471) dengan timbulnya gejala virus tersebut pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola penyebaran awal dari virus 2019-nCoV ke Thailand dan Jepang. Mereka juga menyimpulkan bahwa "penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan tidak harus dikesampingkan"..[114][115] Ketika kasus-kasus selanjutnya terungkap, mereka kemudian menghitung ulang bahwa "terjadi 4.000 kasus 2019-nCoV di Kota Wuhan … mulai timbul gejala pada 18 Januari 2020".[116][117]
Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan hampir 140 pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen.[118] Per 3 Maret, jumlah kasus yang dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang terdiri dari lebih dari 80.000 kasus di daratan Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara lainnya.[119][120][121][122][123][124]

Kematian

Per 22 Maret 2020, terjadi 13.025 kasus kematian yang dikaitkan dengan COVID-19. Menurut NHC Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah pasien yang lebih tua - sekitar 80% kematian yang tercatat berasal dari mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan 75% memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada termasuk penyakit kardiovaskular dan diabetes.[125] Kasus kematian pertama yang dilaporkan adalah seorang pria berusia 61 tahun pada 9 Januari 2020 yang pertama kali dirawat di rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019.[126] Kasus kematian pertama di luar Tiongkok terjadi di Filipina,[127] dimana seorang pria warga negara Tiongkok berusia 44 tahun menderita pneumonia parah dan meninggal pada 1 Februari.[128] Pada 8 Februari 2020, diumumkan bahwa seorang warga Jepang dan seorang warga Amerika Serikat meninggal akibat virus di Wuhan. Mereka adalah orang asing pertama yang tewas akibat virus korona.[129] Kasus kematian pertama di luar Asia terjadi di Paris, Prancis pada 15 Februari 2020, ketika seorang turis Tiongkok berusia 80 tahun dari Hubei meninggal setelah dirawat di rumah sakit sejak 25 Januari.

Komentar